Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Konsep Komunikasi Bahan Kuliah



KONSEP KOMUNIKASI SECARA UMUM
Dalam buku karangannya yang berjudul  “Dinamika Komunikasi” , Onong Uchjana
Effendy berpendapat bahwa pengertian komunikasi harus dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu pengertian secara umum dan  pengertian secara paradigmatik. Pengertian
komunikasi secara umum itupun harus juga dilihat dari dua segi, yaitu
pengertian komunikasi secara etimologis dan pengertian komunikasi secara terminologis.
Secara etimologis, komunikasi berasal dari  bahasa Latin communicatio yang bersumber
dari kata communis yang berarti sama. Kata sama yang dimaksudkan adalah sama makna.
Jadi dalam pengertian ini, komunikasi berlangsung manakala orang-orang yang
terlibat di dalamnya memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal yang tengah
dikomunikasikannya itu. Dengan kata lain, jika orang-orang yang terlibat di dalamnya
saling memahami apa yang dikomunikasikannya itu, maka hubungan
antara mereka bersifat komunikatif. Sebaliknya, jika ada pihak yang tidak
mengerti tentang suatu hal yang sedang dikomunikasikan, berarti komunikasi tidak
berjalan, dan hubungan antara orang-orang tersebut tidak komunikatif. Pengertian secara
terminologis, komunikasi adalah proses  penyampaian suatu pernyataan seseorang
kepada orang lain. Pengertian ini memberikan  pemahaman kepada kita bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang atau manusia,  sehingga komunikasi seperti ini disebut
sebagai Human Communication (komunikasi manusia). Sedangkan pengertian secara
paradigmatis, meskipun banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, namun dari
semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk  memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat, dan perilaku, baik langsung (komunikasi tatap muka) maupun tidak
langsung (komunikasi melalui media).
  Menurut Harold Laswell,  komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa, mengatakan apa, dengan cara apa, kepada siapa, dengan efek apa. Frista Armanda dalam kamus  lengkap bahasaIndonesia berpendapat komunikasi adalah pengiriman dan  penerimaan pesan atau berita dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Menurut Wursanto (2001:31), komunikasi adalah proses  kegiatan pengoperan/penyampaian warta/berita/informasi yang mengandung arti dari satu pihak (seseorang atau tempat) kepada pihak (seseorang atau tempat) lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. hubungan; kontak. Berlo (dalam Erliana Hasan (2005:18) mengemukakan komunikasi sebagai suasana yang penuh keberhasilan jika dan hanya jika penerima pesan memiliki makna terhadap pesan tersebut dimana makna yang diperolehnya tersebut sama dengan apa yang dimaksudkan oleh sumber).
         Dari pengertian diatas dapat di simpulkan dari komunikasi adalah  suatu proses penyampaian informasi dari satu orang kepada orang lain untuk  mengutarakan maksud atau memberi tahu sesuatu dan mengubah sikap,  pendapat, perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung dengan  menggunakan media serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian  dari orang-orang yang ikut serta didalam proses komunikasi.

B.
Menurut Harold D. Laswell (dalam Uchjana, 1993 : 301), menyatakan, bahwa dalam proses
komunikasi harus dapat menjawab pertanyaan ”who say what, in wich channel to whom and with
what effect”. yaitu :
a. Who (siapa), berarti siapa yang menjadi komunikator.
b. Say what (apa yang dikatakan), berarti isi pesan yang disampaiakan harus  diikuti atau
    dilaksanakan.
c. In wich channel (saluran yang dipakai), saluran media yang dipakai dalam
    proses komunikasi adalah langsung atau tatap muka.
d. To whom (kepada siapa), ini berarti sasaran atau komunikan.
e. With what effect (efek yang timbul), akibat yang timbul setelah pesan itu  disampaikan yaitu
    timbulnya suatu tindakan.
Menurut Sunarto (2003 : 16-17) terdapat tiga unsur penting dalam proses
komunikasi yang dilakukan dalam komunikasi, yaitu :
a. Sumber (source), disini sumber atau komunikator adalah bagian
pelayanan santunan.
b. Pesan (massage), dapat berupa ucapan atau pesan-pesan atau lambang-
lambang.
c. Sasaran (Destination), adalah korban atau ahli waris korban (Klaimen).
C. Unsur-unsur Komunikasi
             Dalam berkomunikasi terdapat beberapa unsuryang merupakan syarat  ataupun ketentuan, unsur-unsur tersebut adalah pengirim pesan  (komunikator), penerima pesan (komunikan), pesan, saluran komunikasi dan media komunikasi, efek komunikasi, umpan balik (feedback).
1. Pengirim pesan (komunikator) adalah individu manusia atupun kelompok  yang berperan untuk menyampaikan informasi dengan keahliannya untuk  mewujudkan motif komunikasinya.
2. Penerima pesan (komunikan) adalah orang yang berkaitan dengan  komunikator, sebagai penerima informasi/pesan yang disampaikan oleh komunikator.
3. Pesan adalah suatu gagasan yang dinyatakan oleh komunikator kepada  komunikan, bisa gagasan dalam bentuk verbal maupun non verbal.
4. Saluran dan media komunikasi adalah tempat ataupun jalan yang digunakan sebagai penyalur pesan dari komunikator kepada komunikan.  Hal ini dapat dilakukan dengan dua jalan,yaitu: tanpa media yang berlangsung secara tatap muka (face to face), dan menggunakan media  komunikasi seperti telepon, internet radio, televisi, majalah dan surat kabar.
5. Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan akibat pesan yang  disampaikan komunikator dalam komunikannya. Hal ini dapat menimbulkan tiga pengaruh dalam diri komunikan, petama kognitif
(seseorang jadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang terbrntuk, misalnya setuju/tidak setuju terhadap sesuatu), dan konatif (tingkah laku yang membuat seseorang bertindak sesuatu).
6. Umpan balik (feedback) adalah reaksi komunikan terhadap suatu pesan  yang disampaikan oleh komunikator. Dalam komunikasi dinamis antara  komunikator dan komunikan terus-menerus selalu bertukar peran.
         Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K.
Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang
tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi yaitu:
a. Sumber ( Source )
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari
satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi
atau lembaga. Sumber sering juga disebut pengirim, komunikator atau dalam
bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encode.
b. Pesan ( Message )
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan
biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.
c. Media ( Channel )
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-
macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera
dianggap sebagai media komunikasi. Dalam komunikasi massa, media adalah alat
yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,
dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam
komunikasi massa dapat dibedakan kedalam dua kategori, yakni media cetak dan
media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet,
brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan
media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer,
electronic board, audio cassette dan sebagainya.
d. Penerima ( Receiver )
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa saja satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada
sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
e. Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini
bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena pengaruh
juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap
dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

D. Komunikasi Verbal dan Non Verbal
1. Komunikasi Verbal
   a. Pengertian Komunikasi Verbal
       Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan  symbol-simbol atau kata-kata, baik yang dikatakan secara oral, lisan maupun tertulis. Komunikasi dapat teridentifikasikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lainnya yang bisa dibaca dan dikirimkan pada karyawan yang dimaksudkan. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dalam menyampaikan pesannya dengan menggunakan secara lisan dan tertulis. Menurut Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah  penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Sementara, lambang verbal merupakan semua  lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan dengan  memanfaatkan kata-kata (bahasa) sebagai maksud untuk menghasilkan  sebuah arti sama yang berada dalam pikiran pengirim, dengan  menggunakan kata-kata yang merupakan unsur-unsur dasar bahasa.  Adapun kode komunikasi verbal dalam pemakaiannya menggunakan  bahasa, bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga inti kalimat yang mengandung arti. Dari beberapa pendapat diatas bisa penulis simpulkan bahwa  pada dasarnya sama, komunikasi verbal adalah komuniksai yang penyampaian pesannya menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan, dimana unsur terpenting dari komunikasi verbal itu adalah bahasa. Untuk kepentingan komunikasi verbal, bahwa bahasa dianggap sebagai suatu konsep tertentu. Bahasa memiliki kekayaan simbolisasi verbal dan dipandang sebagai upaya manusia dalam memberdayakan informasi yang bersumber dari persepsi manusia dan sebagai medium untuk berkomunikasi yang santun baik dengan diri sendiri dan orang lain.
b. Klasifikasi Komunikasi Verbal
1) Komunikasi verbal melalui lisan dapat di artikan dimana seorang  melakukan interaksi secara lisan dengan pendengar untuk  mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi verbal  melalui lisan dapat dilakukan dengan cara bertatap muka langsung antara komunikator dan komunikan, seperti berpidato
atau ceramah. Komunikasi verbal melalui lisan juga bisa dilakukan dengan menggunakan media, contohnya percakapan  seseorang melalui telepon.
2) Komunikasi verbal melalui tulisan tidak dapat dilakukan secara  tatap muka langsung antara komunikator dan komunikan.
Penyampaian pesan komunikasi verbal melalui tulisan dapat dilakukan dengan menggunakan media surat, gambar, grafik  ataupun lainnya.
c. Teori Komunikasi Verbal
         Menurut para ahli ada tiga teori sehingga orang bisa memiliki  verbal. Teori pertama adalah operant conditioning, teori  ini menekankan teori stimulus dan respon yang menyatakan bahwa  jika suatu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang akan  cenderung memberi reaksi. Teori kedua dinamakan dengan teori  kognitif, teori ini menekankan kompetensi bahasa pada manusia lebih dari apa yang ditampilkan. Teori ketiga disebut teori penengah, teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuan bahasanya tidak saja bereaksi terhadap stimuli yang diterima dari luar tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam  dirinya. Ketiga teori ini menunjukkan ciri dan alasan masing-masing  namun dapat memberikan tekanan yang sama, bahwa manusia akan  meningkatkan kemampuan berkomunikasi   secara verbal yang tentunya  harus melalui proses belajar. Tanpa komunikasi verbal manusia tidak  dapat berfikir, komunikasilah yang mempengaruhi persepsi dan pola  pikir seseorang.


2. Komunikasi Non Verbal

a. Pengertian komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa isyarat atau bahasa diam (silent).  Komunikasi non verbal  adalah penciptaan dan pertukaran pesan yang dilakukan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerak tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka,kedekatan jarak dan sentuhan. Komunikasi non verbal dapat juga diartikan yaitu komunikasi dengan menggunakan gejala yang menyangkut dengan gerak-gerik
(gestures), sikap (postures), ekspresi wajah (facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik,isyarat dan gejala yang sama yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Dari beberapa pengertian dapat penulis simpulkan bahwa arti komunikasi non verbal adalah komunikasi yang proses pemyampaiannya tanpa kata-kata melainkan menggunakan isyarat,seperti sikap tubuh, gerak tubuh, ekspresi mata, ekspresi wajah, kedekatan jarak dan sentuhan.

b. Klasifikasi komunikasi non verbal
            Bidang yang menelaah mengenai gerakan tubuh yang berarti,  istilah ini diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray  L. Birdwhistell. 10 Adapun komponen-komponen dari pesan kinesik:
a) Pesan fasial
            Pesan ini menggunakan ekspresi wajah untuk  menunjukkan makna tertentu. Dari berbagai penelitian menyatakan bahwa ekspresi wajah paling sedikit memiliki sembilan kelompok makna: bahagia, rasa terkejut, ketakutan,  kekhawatiran, kesedihan, minat, tekad, kemuakan dan  menakjubkan. Leathers 1976 menyimpulkan penelitian tentang wajah  sebagai berikut:
1. Wajah mengkomunikasikan ekspresi senang atau tidak  dengan memandang objek penelitiannya dan menilai  baik atau buruknya makna yang terdapat didalamnya
2. Wajah mengkomunikasikan minat atau keinginan  seorang terhadap orang lain maupun lingkungan
3. Wajah juga bisa mengkomunikasikan intensitas keterlibatan diri didalam suatu situasi
4. Barangkali wajah mengkomunikasikan sesuatu adanya  atau kurangnya pengertiaan
b) Pesan gestural
            Menunjukkan gerakan sebagian tubuh seperti wajah  (tersenyum dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki, dan  lainnya yang dapat digunnakan sebagai isyarat bergerak.11 Gerakan tubuh tersebut digunakan untuk memberikan informasi dengan berbagai makna, seperti membusungkan  dada (sombong), menundukkan kepala (merendah), berdiri  tegak (brani), dan bertopang dagu (sedih).12 Pesan gestural ini  berfungsi sebagai: mendorong atau membatasi, menyesuaikan  atau mempertentangkan, responsive atau non responsive,  perasaan positif atau negative, memperhatikan atau tidak  memperhatikan, menyetujui atau menolak. Pesan gestural yang mempertentangkan terjadi apabila  pesannya memiliki arti lain dari arti pesan verbal atau pesan  lainnya. Pesan gesture renponsive menunjukkan gerture yan ada kaitannya. Tak responsive mengabaikan permintaan untuk  bertindak. Negatif menunjukkan sikap dingin, merendahkan  atau menolak.
c) Pesan postural
            Pesan ini berkaitan dengan seluuh anggota tubuh,seperti  postur seorang murid ketika berhadapan dengan gurunya dan  postur seorang santri ketika berhadapan dengan kiai.  Mehrabian menyimpulkan ada tiga makna yang dapat  disampaikan:
1. Immediacy
Pengungkapan yang menunjukkan rasa, seperti halnya rasa  kesukaan/ketidaksukaan terhadap individu lain. Posture  tubuh yang condong kearah lawan bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif
2. Power
Posture tubuh yang mengungkapkan status tinggi pada dari komunikator
3. Renponsiveness
Individu yang mengkomunikasikan bila ia bereaksi secara  emosional terhadap lingkungan yang dihadapinya baik positif maupun negatif.
2) Proksemik
            Pesan ini disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.  Kita dapat mengungkapkan keakraban kita kepada orang lain. Misalnya pada proses pembelajaran dipesantren, pengaturan ruang  sangatlah penting untuk menumbuhkan rasa kenyamanan, percaya diri, sikap kritis, dan peningkatan harga diri seseorang. Sedangkan pengaturan jarak tidak kalah penting untuk meningkatkan perkembangan kompetensi diri dan kreativitas anak didik sebagai  peserta didik yang potensial. Pesan ini juga diungkapkan dengan  mengatur ruang, objek, dan rancangan interior yang menunjukkan  status social, ekonomi, keterbukaan dan keakraban.
3) Artifaktual
            Pesan ini disampaikan melalui body image, pakaian,  kosmetik, dan lain-lain. Pada umumnya pakaian yang digunakan untuk menyampaikan identitas diri kita, menunjukkan bagaimana perilaku kita kepada orang lain dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita.Agar pesan itu dapat sampai  kepada orang yang terlibat dalam komunikasi, maka seharusnya  penyampai pesan menggunakan body image sesuai dengan makna yang dituju.Selain itu pakaian juga dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan, misalnya perasaan duka cita (menggunakan simbol pakaian hitam) dan formalitas (sandal dan pakaian yang sesuai dengan situasi formal maupun informal).
4) Paralinguistik
            Merupakan pesan non verbal yang hampir sama  penyampaiannya dengan pesan verbal. Jadi, jika petunjuk verbal menunjukkan apa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana cara mengucapkannya. 13 Pada satu pesan verbal bisa memiliki arti yang berbeda-beda bila disampaikan dan diucapkan dengan cara berbeda-beda.Hal-hal yang membedakan antara lain: nada, volume, ritme, kualitas suara, dan kecepatan. Secara keseluruhan paralinguistik merupakan alat yang paling cermat untuk menyampaikan perasaan kita kepada orang lain.
c. Teori Komunikasi Non Verbal
           Menurut Darwin dan Morris ada dua teori komunikasi non verbal dalam pendekatan etologi. Teori pertama yaitu teoricumulative stucture(struktur stimulus), teori ini memfokuskan analisisnya pada makna yang diasosiasikan dengan kinesic dan membahas mengenai makna yang berkaitan dengan gerak tubuh dan ekspresi wajah ketimbang struktur perilaku. Teori kedua yaitu Action Theory (teori tindakan), teori ini menekankan pada suatu pandangan mengenai kinesic yang lebih didasarkan tindakan. Dia mengasumsikan bahwa tindakan tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbagi ke dalam suatu rangkaian panjang peristiwa terpisah-pisah. Terdapat lima kategori dalam tindakan: pembawaan (inbom)berarti insting yang dimiliki sejak lahir, ditemukan (discovered) berarti dialkukan secara sadar dan terbatas pada struktur genetic tubuh, diserap (absorb) dilakukan secara tidak sadar melalui interaksi dengan orang lain, dilatih (trained) diperoleh dengan belajar, berjalan, mengetik, mendengar dll, dan campuran (mixed) diperoleh melalui berbagai macam cara yang mencakup keempat hal diatas. Pada kedua teori diatas memiliki titik tekan yang berbeda-beda, namun pada tujuan dan maknanya tetap sama. Bahwa komunikasi non verbal tidak dipelajari, ia adalah bagian alami dari keberadaaan manusia yang diasumsikan melalui tindakan, ekspresi, dan gerak tubuh yang dilakukan dengan sadar ataupun tidak sadar. Komunikasiyang dilakukan secara verbal tidak akan lengkap tanpa komunikiasi non verbal.
d. Batasan-batasan Komunikasi Non Verbal
1. Komunikasi non verbal berada dalam konteksnya. Maksudanya komunikasi verbal disini berjalan sesuai dengan konteksnya. Karena perilaku non verbal bisa saja mempunyai arti yang berbeda-beda. Misalnya kedipan mata (itu bisa diartikan sebuah ajakan dilain konteks, penuh cinta, berbohong, dan lainnya), tersenyum (bisa diartikan keramahtamahan atau sapaan, ketertarikan seseorang, perasaan malu, dan lainnya), dsb.
2. Perilaku non verbal adalah perilaku yang normal, maksudnya perilaku pada umumnya menggunakan gerakan tubuh untuk menyampaikan sebuah makna. Misalnya mimik wajah ( ketika pesan verbal diucapkan dengan perasaan bahagia, maka mimik wajah dari pesan non verbal akan menunjukkan ekspresi bahagianya), gerakan tangan (ketika mengucapkan kata “itu” maka pesan non verbal mengarahkan gerakan tangan yang menunjukkan sesuatu yang dituju), dsb.

 Perbedaan komuniksai verbal dan non verbal
a) Kesenjangan
    Komunikasi non verbal kurang dilakukan disengaja dan kurang  halus, mengarah pada norma-  norma yang ada. Sedangkan  komunikasi verbal dilakukan dengan sengaja.
 b) Perbedaan-perbedaan simbolik
     Komunikasi verbal bersifat intensional dan dapat dibagi dengan  orang-orang yang terlibat didalam proses komunikasi. Sementara  komunikasi non verbal lebih alami dalam beroperasi sebagai norma dan perilaku yang disandarkan pada norma.
c) Mekanisme pemrosesan
    Komunikasi non verbal kurang terstruktur dan aturan-aturan  yang ada ketika melakukan komunikasi jauh lebih sederhana.  Sedangkan komunikasi verbal mempersyaratkan tata bahasa dan sintaksis. Komunikasi verbal yang termasuk dalam komunikasi vokal  adalah bahasa lisan, sedang yang tergolong dalam komunikasi  nonvokal adalah bahasa tertulis. Sementara, komunikasi nonverbal yang termasuk dalam komunikasi. Vokal adalah nada suara, desah,  jeritan dan kualitas vokal; dan yang termasuk dalam klasifikasi  seperti sikap tubuh, gerak tubuh, ekspresi mata, ekspresi wajah,  kedekatan jarak dan sentuhan.

E. Hambatan komunikasi.
            Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai gangguan (noise). Kata noise dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang mengartikan noise sebagai keadaan terentu dalam sistem kelistrikan yang mengakibatkan tidak lancarnya atau berkurangnya ketepatan peraturan. Pencetakan huruf yang saling bertindihan dalam suatu surat kabar atau majalah akan menjadi gangguan bagi pembacanya. Kata-kata yang diucapkan secara tidak tepat oleh seorang penyiar akan mengganggu komunikasi dengan pendengarnya. Apabila kata-kata atau kalimat yang disampaikan tidak atau bukan merupakan kata-kata yang secara luas dipahami oleh pendengar. Penggunaan kata-kata asing  yang sulit dimengerti tentu merupakan bagian dari noise atau gangguan yang harus dihindari oleh statsiun radio. Disamping itu, ada pula gangguan yang berasal dari saluran komunikasi tersebut, misalnya interferensi yang terjadi pada gelombang radio yang mengakibatkan tidak jelasnya isi siaran diterima oleh pendengar. Namun demikian, pada hakikatnya kebanyakan dari ganguan yang timbul, bukan berasal dari sumber atau salurannya, tetapi dari audience (penerima)nya. Manusia sebagai komunikan memiliki kecendrungan untuk acuh tak acuh, meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidak-tidaknya ada tiga faktor psikologis yang mendasari hal itu (Suprapto, 2009 :14), yaitu:
1. Selective attention. Orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya hanya kepada hal-hal (komunikasi) yang dikehendakinya. Misalnya, seseorang tidak berminat membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat membaca iklan jual beli mobil.
2. Selective perception. Suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan kecendrungan berpikir secara stereotip.
3. Selective retention. Meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi orang berkecenderungan hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat. Misalnya, setelah membaca suatu artikel berimbang mengenai komunisme, seorang mahasiswa yang anti komunis hanya akan mengingat hal-hal jelek mengenai komunisme. Sebaliknya mahasiswa yang prokomunis cenderung untuk mengingat kelebihan-kelebihan sistem komunisme yang diungkapkan oleh artikel tersebut. Sementara itu menurut Marhaeni Fajar dalam bukunya yang berjudul ilmu komunikasi, teori dan praktik (2009:62) ada beberapa hambatan dalam komunikasi, yaitu :
Hambatan dari Proses Komunikasi
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk bertindak sesuai keinginan, kebutuhan atau kepentingan.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang digunakan antara si pengirim dengan si penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio sehingga tidak dapat mendengarkan pesan dengan jelas.
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima.
e. Hambatan dari penerima pesan. Misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.Hambatan PsikologisHambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi. Misalnya komunikan yang masih trauma karena tertimpa musibah bencana alam.Selain dari hambatan-hambatan di atas, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul dinamika komunikasi (2004 : 11) faktor-faktor penghambat komunikasi terdiri dari :Hambatan sosio-antro-psikologis Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situational context). Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelnacaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologis antropologis-psikologis.
a. Hambatan sosiologis
b. Hambatan antropologis
c. Hambatan psikologis Hambatan semantik
Jika hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator. Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan
semantis ini, sebab salah ucap atau tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Menurut Onong Uchjana Efendy dalam buku dinamika komunikasi (2009:14) Sering kali salah ucap disebabkan komunikator berbicara terlalu cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya akan mengatakan “kedelai” yang terlontar “kedelai”. Gangguan semantis kadang-kadang disebabkan pula oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi makna yang berbeda. Salah komunikasi atau misscommunication ada kalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif. Dalam komunikasi bahasa yang sebaiknya digunakan adalah kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa menggunakan kata-kata yang konotatif, maka seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksudkan sebenarnya, sehingga tidak terjadi salah tafsir.
Kata-kata denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama dalam kebudayaan dan bahasanya. Sementara kata-kata yang mempunyai pengertian konotatif adalah yang mengandung makna emosional atau evaluatif disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang.Hambatan mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, suara telepon yang tidak jelas, ketika huruf buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolumnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lain-lain.
Hambatan ekologis
Hambatan ekologis yang terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu-lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain. Situasi
komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau dengan mengatasi pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk menghindarkannya komunikator harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan-gangguan tersebut.
Sosialisasi
Sosialisasi pada dasarnya menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat manusia menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah orang lain. (Hartomo, 2004:130) Menurut Vander Zande, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui bagaimana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat. Sedangkan menurut David A.Goslin, sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok
masyarakat. (Ihromi, 2004:30).
Sementara sosialisasi menurut Soerjono Soekanto (2002:40) mendefinisikan secara luas sosialisasi dapat diartikan sebagai proses dimana masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, mentaati, menghayati norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat secara khusus sosialisasi mencakup suatu proses dimana warga masyarakat mempelajari kebudayaannya, belajar mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan dalam masyarakat. Sosialisasi bisa berlangsung secara tatap muka, tapi bisa juga dilakukan dalam jarak tertentu melalui sarana media, atau surat-menyurat, bisa berlangsung secara formal maupun informal, baik sengaja maupun tidak sengaja. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat) (Sunarto. 2004:22). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal. Tipe Sosialisasi
1. Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2. Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.Selain itu dikenal pula agen-agen sosialisasi (Sunarto. 2004:24)


DAFTAAR PUSTAKa

Nurdianti, S. R. (2014). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA PADA MASYARAKAT KEBON AGUNG-. 2(2), 145–159.
ULMI, N. (2017). KOMONIKASI VERBAL DAN NON VERBAL DALAM PROSES TAHFIDZ AL-QUR’AN.
Universitas, D., Nyak, T., & Medan, D. (2018). HAMBATAN KOMUNIKASI YANG SERING DIHADAPI. IV(1), 825–834.


Taufiq Mauliadi
Taufiq Mauliadi Adalah seorang penulis di guruasik.com, yang suka mempelajari hal-hal baru yang berkaitan dengan teknologi, toturial, android, ilmu pendidikan di era digital, membutuhkan ketelitan dan kesabaran untuk menggapai semua yang saya impikan

Post a Comment for "Makalah Konsep Komunikasi Bahan Kuliah"