Tugas Proposal Jamur Tiram Putih
A.
JUDUL
Budidaya Jamur Tiram
B. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara agraris yang
memiliki keragaman pada komunitas pertanian. Keragaman tersebut merupakan
potensi yang biasa dikembangkan, salah satunya adalah sector holtikultural.
Jamur merupakan salah satu sector holtikultural yang saat ini memiliki peluang
yang sangat besar untuk dikembangkan, mengingat jumlah kebutuhan yang lebih
jauh tinggi dibandingkan ketersediaan barang.
Pada awalnya, pemenuhan kebutuhan manusia
terhadap jamur konsumsi hanya megandalkan kemurahan alam. Dengan cara seperti
ini, jumlah jamur yang didapat sangat terbatas dan hanya pada musim tertentu
saja. Akan tetapi, saat ini informasi terus berkembang sampai pada akhirnya
jamur tersebut dapat dibudidayakan secara mandiri tanpa harus bergantung pada
kondisi alam atau musim tertentu.
Meskipun demikian, produksi jamur di
Indonesia hanya mampu memenuhi 50% dari permintaan pasar dalam negeri saja,
belum termasuk permintaan pasar dari luar negeri. Kondisi ini membuka peluang
bisnis jamur, baik itu dalam segi usaha pembibitan jamur, pembudidayaan (jamur
segar), maupun hasil olahannya (jamur crispy, abon jamur, sate jamur, nugget
jamur, dan lain-lain)
Budidaya jamur dapat dilakukan secara
sederhana dalam skala rumah tangga. Alat-alat yang digunakan pun mudah didapat
dan harganya terjangkau. Selain bisnis budidaya jamur, bisnis olahan jamur juga
sangat menjanjikan. Dengan modal yang kecil dan kreativitas dalam mengolahnya,
bisnis ini biasa menjadi peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar
(Nugraha, 2013: 1-2)
Jamur
Tiram putih (Pleurotus ostreatus)
merupakan bahan sayuran yang mulai banyak
diminati masyarakat khususnyadi daerah Banjarbaru. Jamur
ini memiliki aroma
yang khas karena mengandung
muskorin, dan penting
bagi kesehatan karena
mampu menyediakan kebutuhan gizi
manusia tanpa harus
menaikkan tekanan darahnya.
Jamur tiram
adalah jenis jamur
kayu yang memiliki
kandungan nutrisi lebih tinggi
dibandingkan jenis jamur
kayu lainnya. Dalam
100 gram jamur tiram
kering mengandung protein
(10,5-30,4%), lemak (1,7-2,2%), karbohidrat (56,6%),
thiamin (0,20 mg),
dan riboflavin (4,7-4,9
mg) niasin (77,2 mg) dan kalsium (314,0 mg). Kandungan
nutrisi jamur tiram lebih tinggi dibanding
dengan jamur lainnya.
Jamur tiram mengandung
18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
dan tidak mengandung kolesterol (Djarijah & Abbas, 2001).
Jamur tiram
merupakan sumber protein
nabati yang rendah
kolesterol sehingga dapat mencegah
penyakit darah tinggi
(hipertensi) dan aman
bagi mereka yang rentan
terhadap serangan jantung.
Hal tersebut dikarenakan keunggulan yang
spesifik dari jamur
tiram bila dibandingkan
tanaman lain maupun hewan
adalah kemampuannya dalam
mengubah cellulose/lignin
menjadi polisakarida dan
protein yang bebas
kolesterol sehingga baik
untuk menghindari kadar kolesterol
yang tinggi dalam
darah dan itu
dapat mengurangi serangan darah tinggi (stroke) yang dapat muncul sewaktu-waktu.
Kandungan asam
folatnya (vitamin B-komplek)
yang tinggi dapat menyembuhkan anemia
dan sebagai obat
anti tumor, mencegah
dan menanggulangi kekurangan gizi
dan sebagai obat
kekurangan zat besi,
serta baik juga dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui (Djarijah &
Abbas, 2001).
C. PERUMUSAN
MASALAH
Dari
uraian latar belakang masalah tersebut didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana proses
pembudidayaaan jamur tiram ?
2.
Bagaimana cara mengolah
jamur menjadi bernilai ekonomis ?
3.
Bagaimana memasarkan jamur
tiram kepada konsumen ?
D. TUJUAN
Tujuan
dari usaha pembuatan baglok dan budidaya jamur tiram ini adalah:
1.
Dapat melakukan usaha pembuatan baglok atau media
tumbuh jamur tiram dan budidaya jamur tiram dengan baik serta memberikan
manfaat yang besar.
2.
Dapat memasarkan jamur tiram dengan baik serta memmperoleh
penghasilan yang dapat digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
3.
Mendistribusikan jamur tiram kepada para konsumen.
E.
LUARAN YANG DIHARAPKAN
Produk yang dihasilkan berupa jamur tiram putih. Jamur ini didistribusikan
dalam suatu bentuk bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat varian dalam
berbagai macam makanan. Dengan konsumen yang ditargetkan adalah semua kalangan,
terutama ibu rumah tangga, toko-toko, dan pasar. Pembudidayaan jamur tiram ini
merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
F.
KEGUNAAN
1. Meningkatkan dan menumbuhkan
usaha masyarakat dalam pembudidayaan jamur tiram yang dapat dimanfaatkan
sebagai peluang usaha.
2. Memberi wawasan dan kesempatan
pada masyarakat untuk berwirausaha sendiri walaupun dengan modal terbatas.
3. Meningkatkan pendapatan dan
memperoleh keuntungan dari membudidayakan jamur tiram.
G.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Budidaya jamur.
Budidaya jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi
dan pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis
dari budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini, maka dari
itu banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain
mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal yang
terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf
ekonominya sedang ataupun rendah.
Budidaya jamur tiram sangat cocok untuk
daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Investasi yang dibutuhkan untuk
memulai udaha budidaya jamur tiram cukup murah dan bisa dilakukan bertahap.
Bagian tersulit adalah membuat baglog, media tanam yang telah diinokulaikan
dengan bibit jamur.
a.
Enokulasi
Enokulasi adalah proses penanaman bibit jamur pada media tanam. media tanam
yang telah disterilisasi dan didinginkan segera diinokulai dengan bibit jamur
yang mempunyai kuallitas baik. Proses enokulasi di lakukan di ruang yang bersih
dan tertutup agar terhindar dari agen – agen pembawa mikroba kontamin, seperti
serangga, udara luar, bahkan manusia.
Saat proses berlangsung , alat- alat yang di gunakan terlebih dahulu di
rendam atau di semprot dengan menggunakan
alcohol 70 % agar steril. Selain itu , karyawan / pekerja yang sedang
melakukan proses ini sangat di anjurkan untuk menggunakan pakaian bersih dan
masker. Proses inokulasi dilkukan secara cepat dan akurat di dekat lampu bunsen
atau lampu api. Semua persyaratan ini di tujukan untuk meminimalkan tingkat
kontaminasi / kegagalan.
b.
Inkubasi
Proses inkubasi adalah proses penyimpanan media tanam
yang telah diinokulasi bibit jamur tiram . Media tanam yang telah diinokulasi
bibit jamur tiram di simpan diruangan khusus penyimpanan ( inkubasi ) yang
sedikit hangat , suhu ruang sekitar 27 derajat Celcius sampai 30 derajat
celcius dan tidak terkena cahaya (kecuali untuk penerangan ruangan biasa). Pada
tahap ini , media yang baik akan segera di tumbuhi oleh miselium jamur tiram
yang berwarna putih tanpa di tumbuhi oleh kontaminan (berwarna hijau, hitam
atau oranye). Waktu yang dibutuhkan pada tahap inkubasi sekitar 30 – 40 hari.
Ketebalan miselium dan kecepatan tumbuh menindikasikan kualitas bibit jamur.
Semakin tebal misileum dan cepat pertumbuhannya semakin baik kualitas bibit
jamur yang di gunakan.
Selama tahap inkubasi , ruanagan yang di gunakan harus
senantiasa di bersihkan, terutama pada awal pertumbuhan miseliniumnya , kerena
masih rantan terkena penyakit sehingga
perlu diberikan perhatian khusus dari pembudidaya.
Rak yang di gunakan pada ruang inkubasi berukuran
panjang 2-5 m ( tergantung ukuran kumbung yang di bangun ) , lebar 1 m , jarsk
antara rak atas dan rak bawah 40-50 cm , sedangkan jarak jalan ( antara set rak
yang satu dengan set rak yang lainnya ) 60-70 cm . Selain itu , struktur dan
desain bangunan kambung juga harus di perhatikan terutama bagian ventilasi
kerena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan kualitas
pertumbuhan jamur.
c.
Produksi / pertumbuhan tubuh buah.
Tahap produksi pada proses budi daya jamur adalah tahap penumbuhan media
yang telah ditumbuhi misilieum menjadi tubuh buah jamur (jamur yang siap di
panen dan di pasarkan).
Pada tahap ini ruangan yang di gunakan berbeda dengan ruang inkubasi . Pada
tahap produksi ruang yang dibutuhkan lebih dingin , yaitu berkisar pada suhu 20
C – 27 C (untuk hasil yang optimal) dan
membutuhkan cahaya , namun bukan cahaya matahari langsung . Perubahan suhu yang
drastic dan keadaan cahaya bisa merangsang atau memicu pertumbuhan tubuh buah
jamur tiram.
Jamur tiram yang sudah tumbuh dapat di panen pada hari ketiga dan ke empat
. Proses pemanenan bisa di lakukan hingga kurun waktu 3-5 bulan ( 5-8 kali
panen ). Pemanenan dilakukan secara hati
– hati terutama pada saat pemanenan pertama kerena media tanam jamur , yang
merupakan tempat tmbuh jamur, masih rapuh dan mudah hancur. Hancurnya pangkal
media bisa menyebabkan rusaknya bakal tunas (primordial) yang merupakan bakal
jamur tiram , sehingga bisa menghambat pemanenan tubuh buah jamur yang kedua.
Hal ini di kerenakan proses pembentukan primordial membutuhkan waktu yang lebih
lama.
Selama proses produksi , dilakukan penyiraman minimal 2 kali sehari untuk
menjaga kelembaban ruangan dan lingkungan sekitar jamur. Selain itu, ruangan di
jaga agar senantiasa bersih , sehingga bisa meminimalisir kegagalan.
Rak yang di gunakan pada ruang inkubasi berukuran panjang 2-5 m (tergantung
ukuran kumbung yang dibangun) , lebar 40-50 cm, jarak antara rak atas dan bawah
60 cm, sedangkan jarak jalan ( antara set rak satu dengan rak lain ) 60-70 cm,
selain itu struktur atau desain bangunan kumbung juga harus di perhatikan,
terutama bagian ventilasi dan ruang yang memungkinkan pantulan cahaya matahari
bisa masuk kedalam kumbung . Hal ini sangat penting kerena berpengaruh terhadap
kecepatan dan kualitas pertumbuhan jamur.
2.
Teknik Budi Daya Jamur Tiram
Ada beberapa tahapan penting dalam budi daya jamur tiram, diantaranya
sebagai berikut.
a.
Penyaringan dan Pengomposan Serbuk Kayu
Serbuk kayu yang merupakan sumber utama dalam pembuatan media tumbuh jamur
tiram harus mengalami beberapa proses tahapan diantaranya adalah proses peyaringan
dengan menggunakan kawat kasa yang memiliki ukuran kotak terkecil yang tidak
terlalu renggang (+ 1 cm). Penyaringan dilakukan agar serbuk kayu yang
masih berukuran besar tereliminasi dari media sebelum diaduk dengan bahan lain.
Hal ini dilakukan karena serbuk kayu dengan ukuran kecil lebih mudah dicerna
oleh jamur tiram saat proses pertumbuhan dan juga lebih mudah dalam pengemasan
(pembuatan baglog).
Serbuk kayu yang telah melalui proses penyaringan dianjurkan untuk dikompos
terlebih dahulu dengan menggunakan kapur sesuai takaran (1-2,5%), kemudian
disimpan beberapa hari (minimal 3 hari). Hal ini dilakukan untuk meminimalisir
jumlah mikroba kontaminan (bakteri/jamur) sehingga tingkat
kontaminasi/kegagalan media bisa diminimalkan. Selain itu, proses pengomposan
juga bermanfaat untuk membantu proses pennguraian senyawa yang ada pada serbuk
kayu, sehingga lebih mudah didegrasi/dicerna oleh jamur tiram.
b.
Pengadukan Bahan dan Pembuatan Baglog
Serbuk kayu yang telah melalui proses pengomposan dicampurkan dengan
bahan-bahan tambahan lainnya, seperti dedak dan jagung (bisa juga dicampurkan
TSP atau NPK bila diperlukan) hingga merata. Setelah bahan-bahan diaduk rata
segera tambahkan air bersih secukupnya (bila adukan media digenggam oleh
tangan, kemudian airnya menetes artinya air yang diberikan terlalu banyak
segera tambahkan serbuk gergaji agar adukan media tidak terlalu basah).
Penambahan air ini selain bermanfaat untuk membantu dalam proses pertumbuhan
jamur tiram, juga bermanfaat untuk membantu proses pematangan media ketika
disterilkan dalam alat sterilisasi/autoklaf (media tidak kering/gosong).
Media yang telah dicampur rata dengan air dikemas dalam plastik antipanas
dan dipadatkan agar media tidak mudah hancur saat proses sterilisasi dan
inokulasi. Media yang tidak padat dan menyisakan banyak ruang lebih rentan
terkontaminasi/gagal daripada yang padat. Hal ini disebabkan ruang yang bersisa
akibat media tidak padat lebih mudah terpenetrasi oleh jamur/bakteri kontaminan
yang lebih menyebabkan pertumbuhan jamur tiram terhambat.
Media yang telah dipadatkan diikat dengan menggunakan tali rapia karena
selain bahannya murah juga cukup kuat saat proses pemanasan, sehingga tidak
mudah meleleh. Pastikan media yang telah dikemas dalam bentuk baglog tidak
bocor. Bila media bocor akan lebih mudah terkontaminasi.
c.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pemusnahan mikroba pada alat/bahan tertentu.
Salah satunya bisa dilakukan dengan cara pemanasan dan tekanan tinggi, sehingga
terbebas dari segala macam bentukk mikroba (kontaminan).
Media tanam yang telah dikemas dalam bentuk baglog segera disterilkan
dengan alat sterilisasi sederhana maupun modern/autokaf. Untuk memperoleh hasil
yang maksimal diupayakan suhu alat sterilisasinya mencapai antara suhu 800C-1500C.
Lamanya waktu sterilisasi bergantung pada suhu alatnya serta jumlah media yang
disterilkan, semakin rendah suhu alatnya semakin lama proses sterilisasinya.
Semakin banyak media yang disterilkan semakin lama waktu sterilisasinya.
Sebagai gambaran, untuk mensterilkan 1200-1500 baglog dalam satu kali proses
dengan suhu alat berkisar antara 800C-900C dibutuhkan
waktu 10 jam untuk memperoleh hasil yang optimal.
Media yang telah dipanaskan dalam alat sterilisasi tidak dapat langsung
diberikan bibit jamur. Media didiamkan terlebih dahulu beberapa jam hingga
dingin baru bisa diberi bibit jamur. Pemberian bibit jamur saat media masih
panas bisa menyebabkan kematian pada bibit jamur, sehingga tidak akan mengalami
pertumbuhan pada media tersebut.
H.
METODE PELAKSANAAN
Pembuatan baglok atau media tumbuh. Dalam pembuatan media
tumbuh dilakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Persiapan
Media
Bahan yang digunakansebagai media baglok adalah bekatul
10 kg, serbuk kayu 100 kg, kapur
pertanian 2 kg dan gips 1 kg dalam 1 kali pembuatan media baglok.
2.
Pencampuran
Media
Bahan-bahan tambahan yang sudah ditimbang
sesuai dengan kebutuhan selanjutnya dicampur dengan merata sesuai dengan
perlakuan. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan alat cangkul sampai bahan
benar-benar merata. Dalam proses pencampuran diusahakan tidak terdapat gumpalan
padaserbuk kayu, bekatul dan kapur karena dapat menyebabkan komposisi media
yang dihasilkan tidak merata. Dengan tidak meratanya campuran media sangat berpangaruh
dengan pertumbuhan jamur tiram.
3.
Pengomposan
Media
Pengomposan
dilakukan dengan cara menutup dengan plastik selama 3 hari. Proses pengomposan
yang baik ditandai dengan warna media berubah menjadi gelap dan tidak berbau.
Pada sat pengomposan setiap hari melakukan pengadukan agar proses pengomposan
berlangsung dengan baik.
4.
Pembungkusan
Pembungkusan dilakukan dengan menggunakan
plastik kaca tahan panas. Pembungkusan dilakukan dengan cara masukkan campuran
media ke dalam plastik kemudian dipadatkan dengan menggunakan botol. Setelah
media dipadatkan ujung plastik diikat dengan tali rapia. Plastik yang digunakan
berukuran 17 cm x 35 cm.
5.
Sterilisasi
Media
Sterilisasi media bertujuan untuk menekan
pertumbuhan mikroba lain baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat
menghambat pertumbuhan jamur tiram yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada
suhu 90o C – 100o C selama 6 jam. Alat yang digunakan
dibuat dari drum bekas minyak yangdimodifikasi dengan sarangan dan penutup.
Sarangan berfungsi sebagai pembatas antara air dan tempat media, sedangkan
penutup berfungsi dalam pengaturan uap air yang keluar, sehingga sterilisasi
berlangsung dengan baik.
6.
Pendinginan
Media
Setelah
selesai sterilisasi media didinginkan tetap di dalam drum dengan tutup drum terbuka. Setelah
dingin media disusun diruang inkubasi. Media didinginkan selama 24 jam.
7.
Inokulasi
Inokulasi
adalah penanaman bibit media ke media tumbuh. Agar inokulasi dapat berhasil
dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a.
Kebersihan
Semua alat
yang dipakai harus disterilisasi memakai alkohol 70% dan api spritus atau lampu
bunsen. Peralatan yang digunakan pensit atau besi bertangkai panjang disemprot
terlebih dahulu kemudian dilewatkan beberapa saat di atas apa bunsen. Begitu
juga dengan tangan harus disemprot dengan alkoholterlebih dahulu sebelum
melakukan inokulasi.
b.
Teknik
inokulasi
Teknik inokulasi digunakan adalah cara tabur
yaitu dengan cara melepas ikatan tali kemudian masukkan cicin paralon dan taburkan bibityang telah dihancurkan
sebanyak kurang lebih 1 sendok kecil dan masukkan kedalam mulut baglog. Media
yang berisi bibit ditutup dengan kertas koran dan diikat dengan gelang karet.
Penutupan menjaga kondisi optimum bagi pertumbuhan jamur tiram.
8.
Inkubasi
Media yang
telah selesai di inokulasi dimasukkan kedalam ruang penyimpanan. Masa ini
disebut masa inkubasi, yaitu masa penumbuhan miselium jamur. Suhu yang
diperlukan untuk pertumbuhan miselium antara 22o C – 28o
C. Apabila udara siang hari terlalu panas, disemprot dengan air bersih pada
lantai dan dinding ruangan. Apabila suhu rendah terlalu rendah, maka di dakam
ruangan perlu dipasang lampu. Inkubasi ini dilakukan hingga miselium tumbuh
merata menutupi seluruh permukaan media dari bagian atas sampai bagian bawah,
miselium dapat dilihat dengan memutihnya seluruh media dari bagian atas sampai
bagian bawah media. Masa inkubasi ini memerlukan waktu antara 3-4 minggu sejak
penginokulasian.
Bila dalam jangka waktu 2 minggu tidak terlihat
tanda-tanda tumbuhnya miselium jamur berwana putih yang merambat ke arah bawah,
maka kemungkinan besar jamur tidak tumbuh. Maka media tersebut bisadistrilisasi
ulang kembali, sampai penginokulasian. Namun bila tetap tidak ada tanda-tanda
tumbuhnya miselium, maka segera dibuang.
9.
Penumbuhan
Media tumbuh
jamur yang sudah putih oleh mesilium jamur sudah siap untuk ditumbuhkan. Proses
penumbuhan tubuh buah diawali dengan memindahkan media ke kumbung, kemudian
sumbat pada cincin di buka atau dapat pula dengan memotong penutup media dengan
pisau.Lima sampai tujuh hari setelah dibuka biasanya akan segera tumbuh tubuh
buah jamur tiram, yang sudah tumbuh dibiarkan selama 2-3 hari atau sampai
tercapaipertumbuhan optimal. Untuk melakukan pengaturan suhu dan kelembaban
maka perlu penyiraman lantai kumbung. suhu perlu dipertahankan pada 26o
C – 29o C dan kelembaban 90% - 100%.
10. Pemeliharaan
Di dalam budidaya jamur tiram ada dua faktor
penting di dalam pemeliharaan, yaitu faktor kebersihan kumbung dan faktor
kelembaban kumbung. setelah baglok dipindah ke kumbung maka kumbung harus
selalu dalam keadaan bersih agar media tidak cepat terserang jamur parasit dan
safrofit karena dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan jamur yang
nantinya berhubungan dengan hasil yang diperoleh. Caranya yaitu denganmembuang
kotoran yang ada di lantai maupun di rak tempat baglok disusun. Sedangkan cara
menjaga kelembaban yaitu dengan menyiram lantai dan dinding kumbung sebanyak
dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Untuk pemeliharaan dilakukan sampai
setiap hari sampai akhir penelitian.
11. Panen
Kegiatan
panen ini sangat menentukan kualitas jamur tiram putih agar dapat hasil secara
optimal, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a.
Penentuan
saat panen
Panen
dilakukan saat mencapai ukuran optimal, cukup besar tapi belum mekar penuh,
biasanya sisi tudungnya masih menghadap ke bawah. Panen dilakukan pada pagi
hari agar kesegarannya tatap terjaga.
b.
Teknik panen
Cara
memanennya dengan mencabut seluruh rumpun jamur yang ada. Panen tidak dapat
dilakukan dengan hanya mengambil yang besar saja, dan menyisakan yang
kecil-kecil, karena kalau disisakan maka pertumbuhannya tidak akan optimal.
Bahkan kadang kala akan mati. Pada saat melakukan pemanenan diusahakan agar
akar dan batang jangan sampai tertinggal di media karena akan membusuk dan akan
merusak media.
12.
Pemasaran
Pemasaran hasil panen
jamur tiram ini di jual kepada agen baik skala besar maupun kecil, masyarakat
sekitar komplek, warung sayur,
pasar, toko-toko, penjual sayur, dan
teman-teman kampus.
I.
JADWAL KEGIATAN
Kegiatan
PKM ini, dilaksanakan selama 5 bulan. Rencana ini tertera pada tabel
di bawah ini:
Tabel
Rencana Jadwal Pelaksanaan Program Pada Tahun 2016
No
|
Kegiatan
|
Bulan
Agustus 2016
|
Bulan
September
201
|
Bulan
Oktober
2016
|
Bulan
November
2016
|
Bulan
Desember
2016
|
|||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||
1.
|
Persiapan Bahan-bahan dan Peralatan
|
||||||||||||||||||||||
2.
|
Uji Coba Pembuatan
|
||||||||||||||||||||||
3.
|
Promosi
|
||||||||||||||||||||||
4.
|
Pemasaran
|
||||||||||||||||||||||
5.
|
Laporan Kegiatan Usaha
|
||||||||||||||||||||||
6.
|
Penyerahan Laporan Akhir
|
||||||||||||||||||||||
J.
RANCANGAN BIAYA
1.
Pengeluaran
Modal tetap,
meliputi:
Pembuatan
Kubung Pembiakan:
·
Bambu :
Rp.200.000,-
·
Kayu :
Rp. 500.000,-
·
Paku
:
Rp. 50.000,-
·
Atep daun :
Rp. 700.000,-
·
Drum :
Rp. 150.000,-+
Jumlah : Rp.1.600.000,-
Bahan
Pokok Jamur Tiram:
·
Plastik 1000 buah : Rp. 300.000,-
·
Serbuk Gergaji 40 karung : Rp. 200.000,-
·
Dedak 100 kg :
Rp. 500.000,-
·
Kapur 2 karung :
Rp. 100.000,-
·
Tabung ingkas :
Rp. 350.000,-
·
Alkohol 70 % 2 botol : Rp. 100.000,-
·
Spiritus 2 botol :
Rp. 30.000,-
·
Tabung gas 3 kg :
Rp. 150.000,-
·
Alat Pres Baglok Manual : Rp. 1. 200. 000,-
·
Gelang karert 1 pak : Rp. 15.000,-+
Jumlah : Rp
2.945.000,-
2.
Modal tidak tetap,
meliputi:
Biaya Umum
·
Upah tukang
3 orang x Rp 500.000 : Rp 1.500.000,-
·
Sewa Mobil
: Rp 200.000,-+
Jumlah
:
Rp 1.700.000,-
Modal total :
Rp 6.245.000,-
Total pengeluaran : Rp 6.245.000,-
Hasil yang diharapkan
dalam satu kali periode panen usaha ini,
masa panen + 4 bulan dengan 10-12 kali panen
masa panen + 4 bulan dengan 10-12 kali panen
Pemasukan
(panen dalam 1 bulan)
a. Penjualan baglok siap
tumbuh
1.0
ah x Rp. 5.000,- = Rp 5.000.000,-
b. Jamur tiram hasil
panen
Catatan = Harga 1 kg
Jamur tiram = Rp.20.000,-
Produksi 300 kg x Rp
20.000,- = Rp 6.000.000,-+
Total Pendapatann: Rp
5.000.000,- + Rp 6.000.000,- = Rp 11.000.000,-
Jadi keuntungan rata
– rata perbulan = pendapatan perbulan - pengeluaran perbulan = Rp 11.000.000 –
Rp 6.245.000,- = Rp 4.755.000
K. DAFTAR PUSTAKA
Djarijah N.M.
dan Djarijah A.s.
2001. Budidaya Jamur
Tiram. Kanisius.
Hendrarto, M.,
Roni, K. dan
Totok, P. 2008. Modifikasi Tata
Letak Fasilitas Produksi Jamur Tiram. Jurnal Teknotan 1(3):
1-13.
Nurgaha, Tatang. 2013. Kiat Sukses Budidaya
Jamur Tiram. Cet 1. Bandung: Yrama Widya
Post a Comment for "Tugas Proposal Jamur Tiram Putih "
Terimakasih sudah berkunjung