Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tugas Proposal Jamur Tiram Putih


Tugas Proposal Jamur Tiram Putih
A.      JUDUL
Budidaya Jamur Tiram

B.       LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki keragaman pada komunitas pertanian. Keragaman tersebut merupakan potensi yang biasa dikembangkan, salah satunya adalah sector holtikultural. Jamur merupakan salah satu sector holtikultural yang saat ini memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, mengingat jumlah kebutuhan yang lebih jauh tinggi dibandingkan ketersediaan barang.
Pada awalnya, pemenuhan kebutuhan manusia terhadap jamur konsumsi hanya megandalkan kemurahan alam. Dengan cara seperti ini, jumlah jamur yang didapat sangat terbatas dan hanya pada musim tertentu saja. Akan tetapi, saat ini informasi terus berkembang sampai pada akhirnya jamur tersebut dapat dibudidayakan secara mandiri tanpa harus bergantung pada kondisi alam atau musim tertentu.
Meskipun demikian, produksi jamur di Indonesia hanya mampu memenuhi 50% dari permintaan pasar dalam negeri saja, belum termasuk permintaan pasar dari luar negeri. Kondisi ini membuka peluang bisnis jamur, baik itu dalam segi usaha pembibitan jamur, pembudidayaan (jamur segar), maupun hasil olahannya (jamur crispy, abon jamur, sate jamur, nugget jamur, dan lain-lain)
Budidaya jamur dapat dilakukan secara sederhana dalam skala rumah tangga. Alat-alat yang digunakan pun mudah didapat dan harganya terjangkau. Selain bisnis budidaya jamur, bisnis olahan jamur juga sangat menjanjikan. Dengan modal yang kecil dan kreativitas dalam mengolahnya, bisnis ini biasa menjadi peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar (Nugraha, 2013: 1-2)
Jamur Tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan sayuran yang  mulai  banyak  diminati masyarakat khususnyadi daerah Banjarbaru.  Jamur  ini  memiliki  aroma  yang  khas karena  mengandung  muskorin,  dan  penting  bagi  kesehatan  karena  mampu menyediakan  kebutuhan  gizi  manusia  tanpa  harus  menaikkan  tekanan darahnya.
Jamur  tiram  adalah  jenis  jamur  kayu  yang  memiliki  kandungan  nutrisi lebih  tinggi  dibandingkan  jenis  jamur  kayu  lainnya.  Dalam  100  gram  jamur tiram  kering  mengandung  protein  (10,5-30,4%),  lemak  (1,7-2,2%), karbohidrat  (56,6%),  thiamin  (0,20  mg),  dan  riboflavin  (4,7-4,9  mg)  niasin  (77,2 mg) dan kalsium (314,0 mg). Kandungan nutrisi jamur tiram lebih tinggi dibanding  dengan  jamur  lainnya.  Jamur  tiram  mengandung  18  macam  asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol (Djarijah & Abbas, 2001).
Jamur  tiram  merupakan  sumber  protein  nabati  yang  rendah  kolesterol sehingga  dapat  mencegah  penyakit  darah  tinggi  (hipertensi)  dan  aman  bagi mereka  yang  rentan  terhadap  serangan  jantung.  Hal  tersebut  dikarenakan keunggulan  yang  spesifik  dari  jamur  tiram  bila  dibandingkan  tanaman  lain maupun  hewan  adalah  kemampuannya  dalam  mengubah  cellulose/lignin menjadi  polisakarida  dan  protein  yang  bebas  kolesterol  sehingga  baik  untuk menghindari  kadar  kolesterol  yang  tinggi  dalam  darah  dan  itu  dapat mengurangi serangan darah tinggi (stroke) yang dapat muncul sewaktu-waktu.
Kandungan  asam  folatnya  (vitamin  B-komplek)  yang  tinggi  dapat menyembuhkan  anemia  dan  sebagai  obat  anti  tumor,  mencegah  dan menanggulangi  kekurangan  gizi  dan  sebagai  obat  kekurangan  zat  besi,  serta baik juga dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui (Djarijah & Abbas, 2001).

C.      PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah tersebut didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.        Bagaimana proses pembudidayaaan jamur tiram ?
2.        Bagaimana cara mengolah jamur menjadi bernilai ekonomis ?
3.        Bagaimana memasarkan jamur tiram kepada konsumen ?

D.      TUJUAN
Tujuan dari usaha pembuatan baglok dan budidaya jamur tiram ini adalah:
1.        Dapat melakukan usaha pembuatan baglok atau media tumbuh jamur tiram dan budidaya jamur tiram dengan baik serta memberikan manfaat yang besar.
2.        Dapat memasarkan jamur tiram dengan baik serta memmperoleh penghasilan yang dapat digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
3.        Mendistribusikan jamur tiram kepada para konsumen.

E.       LUARAN YANG DIHARAPKAN
Produk yang dihasilkan berupa jamur tiram putih. Jamur ini didistribusikan dalam suatu bentuk bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat varian dalam berbagai macam makanan. Dengan konsumen yang ditargetkan adalah semua kalangan, terutama ibu rumah tangga, toko-toko, dan pasar. Pembudidayaan jamur tiram ini merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

F.       KEGUNAAN
1.      Meningkatkan dan menumbuhkan usaha masyarakat dalam pembudidayaan jamur tiram yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang usaha.
2.      Memberi wawasan dan kesempatan pada masyarakat untuk berwirausaha sendiri walaupun dengan modal terbatas.
3.      Meningkatkan pendapatan dan memperoleh keuntungan dari membudidayakan jamur tiram.



G.      TINJAUAN PUSTAKA
1.      Budidaya jamur.
Budidaya jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini, maka dari itu banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf ekonominya sedang ataupun rendah.
Budidaya jamur tiram sangat cocok untuk daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Investasi yang dibutuhkan untuk memulai udaha budidaya jamur tiram cukup murah dan bisa dilakukan bertahap. Bagian tersulit adalah membuat baglog, media tanam yang telah diinokulaikan dengan bibit jamur.
a.         Enokulasi
Enokulasi adalah proses penanaman bibit jamur pada media tanam. media tanam yang telah disterilisasi dan didinginkan segera diinokulai dengan bibit jamur yang mempunyai kuallitas baik. Proses enokulasi di lakukan di ruang yang bersih dan tertutup agar terhindar dari agen – agen pembawa mikroba kontamin, seperti serangga, udara luar, bahkan manusia.
Saat proses berlangsung , alat- alat yang di gunakan terlebih dahulu di rendam atau di semprot dengan menggunakan  alcohol 70 % agar steril. Selain itu , karyawan / pekerja yang sedang melakukan proses ini sangat di anjurkan untuk menggunakan pakaian bersih dan masker. Proses inokulasi dilkukan secara cepat dan akurat di dekat lampu bunsen atau lampu api. Semua persyaratan ini di tujukan untuk meminimalkan tingkat kontaminasi / kegagalan.
b.        Inkubasi
Proses inkubasi adalah proses penyimpanan media tanam yang telah diinokulasi bibit jamur tiram . Media tanam yang telah diinokulasi bibit jamur tiram di simpan diruangan khusus penyimpanan ( inkubasi ) yang sedikit hangat , suhu ruang sekitar 27 derajat Celcius sampai 30 derajat celcius dan tidak terkena cahaya (kecuali untuk penerangan ruangan biasa). Pada tahap ini , media yang baik akan segera di tumbuhi oleh miselium jamur tiram yang berwarna putih tanpa di tumbuhi oleh kontaminan (berwarna hijau, hitam atau oranye). Waktu yang dibutuhkan pada tahap inkubasi sekitar 30 – 40 hari. Ketebalan miselium dan kecepatan tumbuh menindikasikan kualitas bibit jamur. Semakin tebal misileum dan cepat pertumbuhannya semakin baik kualitas bibit jamur yang di gunakan.
Selama tahap inkubasi , ruanagan yang di gunakan harus senantiasa di bersihkan, terutama pada awal pertumbuhan miseliniumnya , kerena masih rantan terkena penyakit  sehingga perlu diberikan perhatian khusus dari pembudidaya.
Rak yang di gunakan pada ruang inkubasi berukuran panjang 2-5 m ( tergantung ukuran kumbung yang di bangun ) , lebar 1 m , jarsk antara rak atas dan rak bawah 40-50 cm , sedangkan jarak jalan ( antara set rak yang satu dengan set rak yang lainnya ) 60-70 cm . Selain itu , struktur dan desain bangunan kambung juga harus di perhatikan terutama bagian ventilasi kerena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan kualitas pertumbuhan jamur.
c.         Produksi / pertumbuhan tubuh buah.
Tahap produksi pada proses budi daya jamur adalah tahap penumbuhan media yang telah ditumbuhi misilieum menjadi tubuh buah jamur (jamur yang siap di panen dan di pasarkan).
Pada tahap ini ruangan yang di gunakan berbeda dengan ruang inkubasi . Pada tahap produksi ruang yang dibutuhkan lebih dingin , yaitu berkisar pada suhu 20 C – 27 C  (untuk hasil yang optimal) dan membutuhkan cahaya , namun bukan cahaya matahari langsung . Perubahan suhu yang drastic dan keadaan cahaya bisa merangsang atau memicu pertumbuhan tubuh buah jamur tiram.
Jamur tiram yang sudah tumbuh dapat di panen pada hari ketiga dan ke empat . Proses pemanenan bisa di lakukan hingga kurun waktu 3-5 bulan ( 5-8 kali panen ).  Pemanenan dilakukan secara hati – hati terutama pada saat pemanenan pertama kerena media tanam jamur , yang merupakan tempat tmbuh jamur, masih rapuh dan mudah hancur. Hancurnya pangkal media bisa menyebabkan rusaknya bakal tunas (primordial) yang merupakan bakal jamur tiram , sehingga bisa menghambat pemanenan tubuh buah jamur yang kedua. Hal ini di kerenakan proses pembentukan primordial membutuhkan waktu yang lebih lama.
Selama proses produksi , dilakukan penyiraman minimal 2 kali sehari untuk menjaga kelembaban ruangan dan lingkungan sekitar jamur. Selain itu, ruangan di jaga agar senantiasa bersih , sehingga bisa meminimalisir kegagalan.
Rak yang di gunakan pada ruang inkubasi berukuran panjang 2-5 m (tergantung ukuran kumbung yang dibangun) , lebar 40-50 cm, jarak antara rak atas dan bawah 60 cm, sedangkan jarak jalan ( antara set rak satu dengan rak lain ) 60-70 cm, selain itu struktur atau desain bangunan kumbung juga harus di perhatikan, terutama bagian ventilasi dan ruang yang memungkinkan pantulan cahaya matahari bisa masuk kedalam kumbung . Hal ini sangat penting kerena berpengaruh terhadap kecepatan dan kualitas pertumbuhan jamur.
2.        Teknik Budi Daya Jamur Tiram
Ada beberapa tahapan penting dalam budi daya jamur tiram, diantaranya sebagai berikut.
a.         Penyaringan dan Pengomposan Serbuk Kayu
Serbuk kayu yang merupakan sumber utama dalam pembuatan media tumbuh jamur tiram harus mengalami beberapa proses tahapan diantaranya adalah proses peyaringan dengan menggunakan kawat kasa yang memiliki ukuran kotak terkecil yang tidak terlalu renggang (+ 1 cm). Penyaringan dilakukan agar serbuk kayu yang masih berukuran besar tereliminasi dari media sebelum diaduk dengan bahan lain. Hal ini dilakukan karena serbuk kayu dengan ukuran kecil lebih mudah dicerna oleh jamur tiram saat proses pertumbuhan dan juga lebih mudah dalam pengemasan (pembuatan baglog).
Serbuk kayu yang telah melalui proses penyaringan dianjurkan untuk dikompos terlebih dahulu dengan menggunakan kapur sesuai takaran (1-2,5%), kemudian disimpan beberapa hari (minimal 3 hari). Hal ini dilakukan untuk meminimalisir jumlah mikroba kontaminan (bakteri/jamur) sehingga tingkat kontaminasi/kegagalan media bisa diminimalkan. Selain itu, proses pengomposan juga bermanfaat untuk membantu proses pennguraian senyawa yang ada pada serbuk kayu, sehingga lebih mudah didegrasi/dicerna oleh jamur tiram.
b.        Pengadukan Bahan dan Pembuatan Baglog
Serbuk kayu yang telah melalui proses pengomposan dicampurkan dengan bahan-bahan tambahan lainnya, seperti dedak dan jagung (bisa juga dicampurkan TSP atau NPK bila diperlukan) hingga merata. Setelah bahan-bahan diaduk rata segera tambahkan air bersih secukupnya (bila adukan media digenggam oleh tangan, kemudian airnya menetes artinya air yang diberikan terlalu banyak segera tambahkan serbuk gergaji agar adukan media tidak terlalu basah). Penambahan air ini selain bermanfaat untuk membantu dalam proses pertumbuhan jamur tiram, juga bermanfaat untuk membantu proses pematangan media ketika disterilkan dalam alat sterilisasi/autoklaf (media tidak kering/gosong).
Media yang telah dicampur rata dengan air dikemas dalam plastik antipanas dan dipadatkan agar media tidak mudah hancur saat proses sterilisasi dan inokulasi. Media yang tidak padat dan menyisakan banyak ruang lebih rentan terkontaminasi/gagal daripada yang padat. Hal ini disebabkan ruang yang bersisa akibat media tidak padat lebih mudah terpenetrasi oleh jamur/bakteri kontaminan yang lebih menyebabkan pertumbuhan jamur tiram terhambat.
Media yang telah dipadatkan diikat dengan menggunakan tali rapia karena selain bahannya murah juga cukup kuat saat proses pemanasan, sehingga tidak mudah meleleh. Pastikan media yang telah dikemas dalam bentuk baglog tidak bocor. Bila media bocor akan lebih mudah terkontaminasi.
c.         Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pemusnahan mikroba pada alat/bahan tertentu. Salah satunya bisa dilakukan dengan cara pemanasan dan tekanan tinggi, sehingga terbebas dari segala macam bentukk mikroba (kontaminan).
Media tanam yang telah dikemas dalam bentuk baglog segera disterilkan dengan alat sterilisasi sederhana maupun modern/autokaf. Untuk memperoleh hasil yang maksimal diupayakan suhu alat sterilisasinya mencapai antara suhu 800C-1500C. Lamanya waktu sterilisasi bergantung pada suhu alatnya serta jumlah media yang disterilkan, semakin rendah suhu alatnya semakin lama proses sterilisasinya. Semakin banyak media yang disterilkan semakin lama waktu sterilisasinya. Sebagai gambaran, untuk mensterilkan 1200-1500 baglog dalam satu kali proses dengan suhu alat berkisar antara 800C-900C dibutuhkan waktu 10 jam untuk memperoleh hasil yang optimal.
Media yang telah dipanaskan dalam alat sterilisasi tidak dapat langsung diberikan bibit jamur. Media didiamkan terlebih dahulu beberapa jam hingga dingin baru bisa diberi bibit jamur. Pemberian bibit jamur saat media masih panas bisa menyebabkan kematian pada bibit jamur, sehingga tidak akan mengalami pertumbuhan pada media tersebut.

H.      METODE PELAKSANAAN
Pembuatan baglok atau media tumbuh. Dalam pembuatan media tumbuh dilakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1.        Persiapan Media
Bahan yang digunakansebagai media baglok adalah bekatul 10 kg, serbuk kayu 100 kg,  kapur pertanian 2 kg dan gips 1 kg dalam 1 kali pembuatan media baglok.
2.        Pencampuran Media
Bahan-bahan tambahan yang sudah ditimbang sesuai dengan kebutuhan selanjutnya dicampur dengan merata sesuai dengan perlakuan. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan alat cangkul sampai bahan benar-benar merata. Dalam proses pencampuran diusahakan tidak terdapat gumpalan padaserbuk kayu, bekatul dan kapur karena dapat menyebabkan komposisi media yang dihasilkan tidak merata. Dengan tidak meratanya campuran media sangat berpangaruh dengan pertumbuhan jamur tiram.
3.        Pengomposan Media
Pengomposan dilakukan dengan cara menutup dengan plastik selama 3 hari. Proses pengomposan yang baik ditandai dengan warna media berubah menjadi gelap dan tidak berbau. Pada sat pengomposan setiap hari melakukan pengadukan agar proses pengomposan berlangsung dengan baik.
4.        Pembungkusan
 Pembungkusan dilakukan dengan menggunakan plastik kaca tahan panas. Pembungkusan dilakukan dengan cara masukkan campuran media ke dalam plastik kemudian dipadatkan dengan menggunakan botol. Setelah media dipadatkan ujung plastik diikat dengan tali rapia. Plastik yang digunakan berukuran 17 cm x 35 cm.
5.        Sterilisasi Media
Sterilisasi media bertujuan untuk menekan pertumbuhan mikroba lain baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat menghambat pertumbuhan jamur tiram yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 90o C – 100o C selama 6 jam. Alat yang digunakan dibuat dari drum bekas minyak yangdimodifikasi dengan sarangan dan penutup. Sarangan berfungsi sebagai pembatas antara air dan tempat media, sedangkan penutup berfungsi dalam pengaturan uap air yang keluar, sehingga sterilisasi berlangsung dengan baik.
6.        Pendinginan Media
Setelah selesai sterilisasi media didinginkan tetap di dalam  drum dengan tutup drum terbuka. Setelah dingin media disusun diruang inkubasi. Media didinginkan selama 24 jam.
7.        Inokulasi
Inokulasi adalah penanaman bibit media ke media tumbuh. Agar inokulasi dapat berhasil dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a.         Kebersihan
Semua alat yang dipakai harus disterilisasi memakai alkohol 70% dan api spritus atau lampu bunsen. Peralatan yang digunakan pensit atau besi bertangkai panjang disemprot terlebih dahulu kemudian dilewatkan beberapa saat di atas apa bunsen. Begitu juga dengan tangan harus disemprot dengan alkoholterlebih dahulu sebelum melakukan inokulasi.
b.        Teknik inokulasi
Teknik inokulasi digunakan adalah cara tabur yaitu dengan cara melepas ikatan tali kemudian masukkan cicin paralon  dan taburkan bibityang telah dihancurkan sebanyak kurang lebih 1 sendok kecil dan masukkan kedalam mulut baglog. Media yang berisi bibit ditutup dengan kertas koran dan diikat dengan gelang karet. Penutupan menjaga kondisi optimum bagi pertumbuhan jamur tiram.
8.        Inkubasi
Media yang telah selesai di inokulasi dimasukkan kedalam ruang penyimpanan. Masa ini disebut masa inkubasi, yaitu masa penumbuhan miselium jamur. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan miselium antara 22o C – 28o C. Apabila udara siang hari terlalu panas, disemprot dengan air bersih pada lantai dan dinding ruangan. Apabila suhu rendah terlalu rendah, maka di dakam ruangan perlu dipasang lampu. Inkubasi ini dilakukan hingga miselium tumbuh merata menutupi seluruh permukaan media dari bagian atas sampai bagian bawah, miselium dapat dilihat dengan memutihnya seluruh media dari bagian atas sampai bagian bawah media. Masa inkubasi ini memerlukan waktu antara 3-4 minggu sejak penginokulasian.
Bila dalam jangka waktu 2 minggu tidak terlihat tanda-tanda tumbuhnya miselium jamur berwana putih yang merambat ke arah bawah, maka kemungkinan besar jamur tidak tumbuh. Maka media tersebut bisadistrilisasi ulang kembali, sampai penginokulasian. Namun bila tetap tidak ada tanda-tanda tumbuhnya miselium, maka segera dibuang.
9.        Penumbuhan
Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh mesilium jamur sudah siap untuk ditumbuhkan. Proses penumbuhan tubuh buah diawali dengan memindahkan media ke kumbung, kemudian sumbat pada cincin di buka atau dapat pula dengan memotong penutup media dengan pisau.Lima sampai tujuh hari setelah dibuka biasanya akan segera tumbuh tubuh buah jamur tiram, yang sudah tumbuh dibiarkan selama 2-3 hari atau sampai tercapaipertumbuhan optimal. Untuk melakukan pengaturan suhu dan kelembaban maka perlu penyiraman lantai kumbung. suhu perlu dipertahankan pada 26o C – 29o C dan kelembaban 90% - 100%.
10.    Pemeliharaan
Di dalam budidaya jamur tiram ada dua faktor penting di dalam pemeliharaan, yaitu faktor kebersihan kumbung dan faktor kelembaban kumbung. setelah baglok dipindah ke kumbung maka kumbung harus selalu dalam keadaan bersih agar media tidak cepat terserang jamur parasit dan safrofit karena dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan jamur yang nantinya berhubungan dengan hasil yang diperoleh. Caranya yaitu denganmembuang kotoran yang ada di lantai maupun di rak tempat baglok disusun. Sedangkan cara menjaga kelembaban yaitu dengan menyiram lantai dan dinding kumbung sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Untuk pemeliharaan dilakukan sampai setiap hari sampai akhir penelitian.
11.    Panen
Kegiatan panen ini sangat menentukan kualitas jamur tiram putih agar dapat hasil secara optimal, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a.         Penentuan saat panen
Panen dilakukan saat mencapai ukuran optimal, cukup besar tapi belum mekar penuh, biasanya sisi tudungnya masih menghadap ke bawah. Panen dilakukan pada pagi hari agar kesegarannya tatap terjaga.
b.        Teknik panen
Cara memanennya dengan mencabut seluruh rumpun jamur yang ada. Panen tidak dapat dilakukan dengan hanya mengambil yang besar saja, dan menyisakan yang kecil-kecil, karena kalau disisakan maka pertumbuhannya tidak akan optimal. Bahkan kadang kala akan mati. Pada saat melakukan pemanenan diusahakan agar akar dan batang jangan sampai tertinggal di media karena akan membusuk dan akan merusak media.
12.    Pemasaran
Pemasaran hasil panen jamur tiram ini di jual kepada agen baik skala besar maupun kecil, masyarakat sekitar komplek, warung sayur, pasar, toko-toko, penjual sayur, dan teman-teman kampus.

I.         JADWAL KEGIATAN
Kegiatan PKM ini, dilaksanakan selama 5 bulan. Rencana ini tertera pada tabel di bawah ini:





Tabel Rencana Jadwal Pelaksanaan Program Pada Tahun 2016
No
Kegiatan
Bulan Agustus 2016
Bulan September
201
Bulan Oktober
2016
Bulan November
2016
Bulan Desember
2016

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Persiapan Bahan-bahan dan Peralatan
2.
Uji Coba Pembuatan
3.
Promosi
4.
Pemasaran
5.
Laporan Kegiatan Usaha
6.
Penyerahan Laporan Akhir

J.        RANCANGAN BIAYA
1.        Pengeluaran
Modal tetap, meliputi:
Pembuatan Kubung Pembiakan:
·      Bambu                                          : Rp.200.000,-
·      Kayu                                            : Rp. 500.000,-
·      Paku                                             : Rp. 50.000,-
·      Atep daun                                   : Rp. 700.000,-
·      Drum                                            : Rp. 150.000,-+
Jumlah                                          : Rp.1.600.000,-
Bahan Pokok Jamur Tiram:
·      Plastik 1000 buah                         : Rp. 300.000,-
·      Serbuk Gergaji 40 karung            : Rp. 200.000,-
·      Dedak 100 kg                              : Rp. 500.000,-
·      Kapur 2 karung                            : Rp. 100.000,-
·      Tabung ingkas                              : Rp. 350.000,-
·      Alkohol 70 % 2 botol                   : Rp. 100.000,-
·      Spiritus 2 botol                             : Rp. 30.000,-
·      Tabung gas 3 kg                           : Rp. 150.000,-
·      Alat Pres Baglok Manual             : Rp. 1. 200. 000,-
·      Gelang karert 1 pak                      : Rp. 15.000,-+
Jumlah                                          : Rp 2.945.000,-
2.        Modal tidak tetap, meliputi:
Biaya Umum 
·      Upah tukang 
3 orang x Rp 500.000                 : Rp 1.500.000,-
·      Sewa Mobil                                  : Rp 200.000,-+
Jumlah                                           : Rp 1.700.000,-
Modal total                                   : Rp 6.245.000,-
Total pengeluaran                          : Rp 6.245.000,-
Hasil yang diharapkan dalam satu kali periode panen usaha ini,
masa panen + 4 bulan dengan 10-12 kali panen 
Pemasukan (panen dalam 1 bulan)
a.       Penjualan baglok siap tumbuh
1.0        ah x Rp. 5.000,- = Rp 5.000.000,-
b.      Jamur tiram hasil panen 
Catatan = Harga 1 kg Jamur tiram = Rp.20.000,-
Produksi 300 kg x Rp 20.000,- = Rp 6.000.000,-+
Total Pendapatann: Rp 5.000.000,- + Rp 6.000.000,- = Rp 11.000.000,-
Jadi keuntungan rata – rata perbulan = pendapatan perbulan - pengeluaran perbulan = Rp 11.000.000 – Rp 6.245.000,- = Rp 4.755.000

K.    DAFTAR PUSTAKA
Djarijah  N.M.  dan  Djarijah  A.s.  2001.  Budidaya  Jamur  Tiram.  Kanisius.

Hendrarto,  M.,  Roni,  K.  dan  Totok,  P.  2008. Modifikasi  Tata  Letak  Fasilitas  Produksi Jamur Tiram. Jurnal Teknotan 1(3): 1-13.

Nurgaha, Tatang. 2013. Kiat Sukses Budidaya Jamur Tiram. Cet 1. Bandung: Yrama Widya
















Taufiq Mauliadi
Taufiq Mauliadi Adalah seorang penulis di guruasik.com, yang suka mempelajari hal-hal baru yang berkaitan dengan teknologi, toturial, android, ilmu pendidikan di era digital, membutuhkan ketelitan dan kesabaran untuk menggapai semua yang saya impikan

Post a Comment for "Tugas Proposal Jamur Tiram Putih "